Extended Network Banners

Rabu, 09 Maret 2016

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR KEBIDANAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


SIKAP BIDAN TERHADAP BERBAGAI MACAM UPACARA ADAT KEHAMILAN DI INDONESIA




Disusun Oleh:
Aisha Hanniffajrina Z             P07124114001            Muflihatul Husna        P07124114021
Dinar Utami A                        P07124114007            Nurul Anisa                 P07124114028
Kartika Wijayanti                    P07124114014            Ririn Nurlatifatun       P07124114033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015






KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan serta limpahan rahmatnya, sehingga pada kesempatan kali ini dapat menyelesaikan makalah tentang “SIKAP BIDAN TERHADAP BERBAGAI MACAM UPACARA ADAT KEHAMILAN DI INDONESIA”.
Hal ini kami kaji diharapkan sebagai sarana pembelajaran, pencarian inovasi dan pemecahan masalah terhadap problem atau masalah keragaman yang ada di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai langkah pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Tak lupa juga kami mengucapakan terimakasih kepada:
1.      Sabar Santoso, S.Pd., APP., M.Kes.  selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD),
2.      mahasiswi kelas D III Kebidanan kelas A,
3.      serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kiranya dengan adanya makalah “SIKAP BIDAN TERHADAP BERBAGAI MACAM UPACARA ADAT KEHAMILAN DI INDONESIA” dalam mata kuliah kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar ini digunakan sebaik mungkin dan sebagaimana mestinya agar dapat membantu dalam pemahaman serta berjalannya proses belajar-mengajar serta pencarian solusi terhadap perbedaan pendapat yang ada.
            Demikianlah makalah ini kami buat. Kami sadar banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini untuk itu kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



                                                            Yogyakarta, 17 November 2014
                                                                                               
     Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1  Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2  Kajian Pustaka ............................................................................................ 5
1.3  Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.4  Tujuan ......................................................................................................... 6
1.5  Manfaat ...................................................................................................... 6
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 Pengertian Keragaman ............................................................................... 7
2.2 Proses Keragaman Bisa Terjadi Di Masyarakat .........................................  7
2.3 Jenis Jenis Keragaman ................................................................................ 8
a.       Suku Adat .......................................................................................... 8-12
b.      Rumah Adat ..................................................................................... 12-14
c.       Pakaian Adat ....................................................................................... 14
d.      Upacara Adat .................................................................................... 14-15
e.       Bentuk Kesenian ............................................................................... 15-18
f.       Agama Dan Keyakinan ..................................................................... 18-19
2.4 Keragaman Pandangan Konsep Produksi Embriologi ............................ 20-21
2.5 Problematika Keragaman Di Masyarakat  Indonesia…………………...21
2.6 Solusi Problematika Keragaman ............................................................. 22-25
BAB III (PENUTUP)
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 26
B.     Saran .................................................................................................... 26
Daftar Pustaka ................................................................................................. 27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia memiliki berbagai macam adat istiadat. Banyak keanekaragaman yang tumbuh di negeri ini yang dilestarikan dan secara turun-temurun dilakukan sehingga hal-hal yang menjadi kebiasaan dalam masyarakat, baik sosial, budaya, upaya, dan tindak perilaku dapat menjadi sebuah kebudayaan. Dimana kebudayaan di Indonesia sendiri beragam.
Keberagaman yang dimiliki Indonesia itu banyak. Mulai dari suku, pakaian, bahasa, dan bahkan tradisi keseharian. Tradisi ini yang dijadikan tolok ukur dalam pencapaian keserasian dalam hidup bermasyarakat sehingga tidak ada kesenjangan yang bisa membuat perpecahan. Diharapkan setiap warga yang tinggal pada suatu daerah tertentu dengan kesepakatan bersama dan mencapai tujuan yang satu arah pula. Selain dari bahasa, suku dan budaya, yang kental adatnya di Indonesia, negara ini juga mempunyai adat yang mungkin bisa dibilang masih ketat dengan tradisi perlakuan ibu hamil. Terkadang apa yang menjadi adat itu baik, namun juga terkang apa yang dianjurkan didalamnya tidak masuk akal.
Untuk itu, perlu pembaharuan dalam terus menjaga kebudayaan kita. Tidak boleh kolot. Penulis menyusun makalah ini agar senantiasa bisa mengkaji dan berpendapat sealaku seorang bidan, menyuarakan hal yang sebaiknya dan bukan sebaiknya.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sikap bidan terhadap upacara adat kehamilan yang ada di Indonesia?
1.3  RUANG LINGKUP
Penulis menulis makalah ini dengan pembatasan kajian teori dalam lingkup upacara adat kehamilan di Indonesia.
1.4  TUJUAN
Untuk mengetahui sikap bidan terhadap upacara adat kehamilan yang ada di Indonesia
1.5  MANFAAT
a.      Untuk bidan
Bidan bisa memberikan pengajaran dan meluruskan hal-hal mengenai adat persalinan yang sebaiknya dilakukan atau tidak, yang semestinya dijaga atau ditinggalkan.
b.      Untuk masyarakat
Masyarakat akan menegerti apa saja yang semestinya biasa dilakukan atau tidak. Masih bisa menjaga nilai adat budaya namun juga bisa memilih tindakan adat kehamilan yang tidak membahayakan, baik untuk ibunya sendiri mauoun untuk bayinya.















BAB II
PEMBAHASAN
Sikap Bidan Terhadap Berbagai Macam Upacara Adat Kehamilan Di Indonesia
1.      Di Wilayah Indonesia Bagian Barat
A.    Macam-Macam Upacara Adat Jawa Saat Prosesi Kehamilan
Terdapat beberapa upacara saat kehamilan yang turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang, upacara-upacara tersebut antara lain sebagai berikut:
a.      Upacara Tiga Bulanan
Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada jabang bayi, biasanya upacara ini dilakukan berupa tasyakuran.
Sikap bidan terhadap upacara ini: baik dilakukan, karena sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan yang telah memberikankarunia melalui anaknya.
b.      Upacara Tingkepan atau Mitoni
Upacara tingkepan disebut juga mitoni, berasal dari kata “pitu” yang berarti tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.
Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus. Berikut ini adalah tata cara pelaksanan upacara tingkepan antara lain:
1.      Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang pada malam hari. Bermakna mohon doa restu supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2.     Memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melaluo perut sampai pecah, hal ini merupakan harapan supaya bayi lahir dengan lancar tanpa suatu halangan.
3.      Berganti nyamping sebanyak tujuh kali secara begantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan "sudah pantas atau belum” sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas” sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantas”. Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motig yang paling sederhana, urutannya adalah sebagai berikut:
a.       Sidoluhur
b.      Sidomukti
c.       Truntum
d.      Wahyu Tumurun
e.       Udan Riris
f.       Sido Asih
g.      Lasem sebagai kain
h.      Dringin sebagai kemben

Sikap bidan terhadap upacara ini: ada yang perlu dipilih dan dibenarkan. Karena ada yang membuat bahaya ketika upacara adat ini dilakukan. Yaitu pada saat melakukan siraman pada malam hari. Hal ini akan sangat membahayakan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Bayi dan ibu bisa mengalami hipotermia, akibat buruknya akan bisa menimbulkan kematian jika bayi atau ibu tidak mampu melawan dinginnya air yang disiramkan pada malam hari itu. Selain itu, prosesi yang dilakukannya pun perlahan sehingga membuat ibu dan bayi yang dikandungnya semakin lama diluar dengan hanya menggunakan kain.
Upacara adat mitoni ini jika di sesuaikan akan menjadi baik dan boleh dilakukan. Salah satu contohnya yaitu dengan melakukan siraman pada ibu hamil tidak pada malam hari, bisa dilakukan pada pagi, siang atau sore, itu pun dengan air hangat dan tidak harus sebanyak 7 kali. Diperkirakan lama waktu ibu agar tidak kedinginan dalam proses siraman mitoninya.


B.     Beberapa Pantangan Dalam Prosesi Kehamilan Adat Jawa
Berikut ini adalah pantangan bagi calon ibu dan calon ayah menurut tradisi Jawa, antara lain sebagai berikut:
a.          Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, sebab jika itu dilakukan bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Sikap bidan, hal ini baik dan boleh akan tetapi alasan dari diberlakukan adat ini harus diubah. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang, karena untuk menghindari resiko dari benda tajam yang digunakan untuk membunuh binatang agar tidak salah sasaran.
b.          Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
Sikap bidan, sebaiknya tidak membolehkan ibu hamil membawa benda tajam di kantung baju, karena bisa membahayakan kandungan dari ibu tersebut. Agar terhindar dari tertusuk dari benda tajam yang ada di kantung baju ibu.
c.          Ibu tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Sikap bidan, hal ini bisa dan boleh dilakukan.
d.         Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tidak dililit tali pusar.
Sikap bidan, kemungkinan hanya melilitkan handuk saja dengan tidak kencang oleh ibu yang sedang hamil boleh-boleh saja. Ini tidak ada pengaruhnya terhadap tali pusar pada anak yang ada di dalam kandungannya.
e.          Ibu hamil tidak boleh benci kepada sesorang secara berlebihan, nanri anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Sikap bidan, boleh dilakukan akan tetapi alasan dari hal tersebut sebaiknya diperbaiki. Sebagai makhluk yang hidup bersosial dan membutuhkan orang lain, kiranya kita tidak boleh ada rasa benci kepada orang agar terus tumbauh ikatan persaudaraan yang baik dan kuat.
f.           Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Sikap bidan, ibu hamil boleh-boleh saja memakan pisang yang dempet. Hal ini tidak ada pengaruhnya terhadap nanknya yang akan menjadi kembar siam. Ini hanya sugesti saja.
g.          “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai “dzikir”-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya sebagai harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
Sikap bidan, hal ini tidak boleh dilakukan. Karena kata amit-amit adalah kata yang tidak baik. Dan menurut hukum islam dzikir bukanlah dengan mengulang kata tersebut, melainkan kata “astagfirullahalazim”.
h.          Ngidam adalah prilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
Sikap bidan, boleh dilakukan asal masih dalam batas kewajaran. Namun nyidam dalam hal ini juga tidak boleh pada sesuatu hal yang bisa membuat bahaya atau manja seorang ibu hamil. Dan untuk kepercayaan apabila tidak dituruti akan mengeluarkan air liur sebaiknya dihilangkan.
i.            Jangan makan ikan mentah agar bayi tidak bau amis.              
Sikap bidan, boleh dan bisa dilakukan karena ikan yang mentah sebenarnya tidak baik untuk dikonsumsi, lebih baik mengkonsumsi masakan yang matang. Karena apabila makanan tidak diolah dengan baik bahkan tidak diolah terlebih bahan makanan yang rawan ditempati bakteri/ kuman yang berbahaya bagi tubuh. Namun untuk akibat yang akan ditimbulkan dari kepercayaan tersebut sebaiknya dihilangkan, karena tidak ada hubungan secara medis.




Macam-Macam Pantagan Adat Bengkulu (Sumatra Selatan) Saat Prosesi Kehamilan
Pantangan
Ibu hamil diharuskan sering-sering minum air kelapa dan bubur kacang hijau tujuanya untuk melebatkan rambut anaknya nanti.
Tanggapan
Peran bidan, memberikan pengertian jika hal ini baik untuk kesehatan ibu maupun janin karena air kelapa dan kacang hijau sangat bagus untuk melebatkan rambut dan baik untuk kesehatan sang bayi tersebut.

Pantangan
Di bawah tempat tidur ibu  hamil biasanya di letakkan parang panjang yang sudah tua/karatan dan sapu lidi.
Tanggapan
Peran Bidan, memberitahukan  sebenarnya hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan kerena hal tersebut tidak memiliki dampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya hanya saja ini merupakan tradisi dari masyarakat tersebut.
Pantangan
Tidak boleh memotong nagka nyungsang nanti anaknya bisa lahir sungsang.
Tanggapan
Peran bidan, sebaiknya ditinggalkan, karena, hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, Ibu yang melahirkan sungsang dikarenakan posisi bayi yang tidak normal dan keadaan ibu yang patologis.


2.      Di Wilayah Indonesia Bagian Timur
Macam-Macam Upacara Adat Gorontalo (Sulawesi utara) Saat Prosesi Kehamilan
1.      Penyelenggaraan upacara molonthalo 
Diadakan ketika usia kandungan seseorang telah mencapai tujuh bulan. Tujuan dari diadakannya upacara ini adalah sebagai pernyataan dari pihak keluarga suami bahwa kehamilan pertama adalah harapan yang terpenuhi akan kelanjutan keturunan dari perkawinan yang sah. Selain itu juga sebagai pernyataan atau maklumat kepada pihak keluarga suami bahwa sang isteri benar-benar suci ketika belum menikah.
Peran bidan, menjelaskan sebenarnya hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan kerena hal tersebut tidak memiliki dampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya hanya saja ini merupakan tradisi dari masyarakat tersebut. Namun hal ini juga memberikan dampak psikologis yang baik bagi ibu, sebab Ibu merasa lebih tenang mengenai kehamilannya.

Macam-Macam Upacara Adat Sulawesi Selatan Saat Prosesi Kehamilan
1.      Upacara tujuh bulan kehamilan
Dalam bahasa Bugis Bone disebut Mappassili, artinya memandikan. Makna upacara ini adalah untuk tolak bala atau menghindari dari malapetaka/bencana, menjauhkan dari roh-roh jahat sehingga segala kesialan hilang dan lenyap. Sebelumnya, calon ibu yang hamil tujuh bulan dari pasangan muda ini harus melewati sebuah anyaman bambu yang disebut Sapana yang terdiri dari tujuh anak tangga, memberi makna agar rezeki anak yang dilahirkan bisa naik terus seperti langkah kaki menaiki tangga.
    
Tanggapan
Peran bidan, menjelaskan sebenarnya adat tersebut tidak ada kaitannya dengan kesehatan, tradisi tersebut merupakan adat kebiasaan. Adat tersebut dapat dilakukan asal sewajarnya, sebab bila ibu kedinginan saat di mandikan dapat mengganggu kesehatannya. Dari segi psikologi dapat membuat ibu lebih tenang sebab diberi sugesti bila ibu tidak akan diganggu oleh roh jahat.

2.      Pelaksanaan
 Dukun  mengambil tempat pembakaran dupa dan diputar-putarkan di atas kepala sang ibu. Asap dupa yang keluar, diusap-usapkan di rambut calon ibu tersebut. Perbuatan ini memberi makna untuk mengusir roh-roh jahat yang bisa mengganggu kelahiran bayi. Menurut kepercayaan mereka, roh jahat itu terbang bersama asap dupa.

Tanggapan
Peran bidan, menjelaskan hal ini dapat mengganggu pernafasan sebab asap yang dihasilkan dari pembakaran dupa. Sebaiknya tidak terlalu lama agar tidak mengganggu pernafasan ibu dan tidak mengaggu kehamilan dan kesehatan janin.

3.      Di Wilayah Indonesia Bagian Tengah
Macam-Macam Upacara Adat Kalimantan Tengah Saat Prosesi Kehamilan

Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah meyakini bahwa masa kehamilan memerlukan upacara khusus. Ritual tersebut dilakukan ketika seorang ibu positif hamil dan ketika usia kandungan berumur tiga bulan, tujuh bulan, dan
sembilan bulan

1.      Kandungan Usia 3 bulan
Ritual untuk usia kandungan tiga bulan disebut Paleteng Kalangkang Sawang. Ritual ini bertujan agar ibu yang hamil tidak diganggu oleh roh jahat dari dalam air
      Peran bidan, boleh saja dilakukan sebagai pelestarian budaya adat, akan tetapi tujuan dari hal tersebut sebaiknya dihilangkan. Karena hanya pertolongan  Tuhan yang Maha Esa lah yang bisa melidungi manusia dari roh jahat baik di dalam air maupun bukan.
Kandungan usia 7 bulan
1. Ritual usia kandungan tujuh bulan disebut Nyaki Ehet atau Nyaki Dirit. Yang hakikatnya untuk memilih leluhur mana yang akan menyertai dan melindungi ibu dan anak yang dikandung
      Peran bidan, memberitahukan sebaiknya hal ini dihilangkan. Karena berhubungan dengan makhluk ghaib yang kurang baik dampak serta manfaatnya.
2.       Sebagai tanda permohonan agar persalinan berjalan normal, dipasanglah lilitan seperti stagen dari kuningan berisi manik-manik dan dilingkarkan di pinggang ibu.
·         Peran bidan, boleh saja melakukan pemasangan lilitan stagen tersebut, akan tetapi penyertaan dengan permohonan persalinan berjalan normal hanya bisa diberikan kepada Allah SWT
Kandungan usia 9 bulan
1. Ritual pada usia kandungan sembilan bulan disebut Mangkang Kahang Badak, bertujuan agar bayinya tidak lahir prematur.
Syarat-syarat ritual untuk semua usia kandungan adalah hewan kurban (ayam dan babi) manik-manik untuk ehet, tambak, behas tawur, sesajen, dan manik-manik lilis dan manas untuk dipasang pada ibu yang hamil.
      Peran bidan, boleh saja dilakukan sebagai pelestarian budaya adat. Tetapi untuk arah dan tujuan dari upacara tersebut sebaiknya perlu dirubah. Bukan karena melakukan upacara tersebut lalu membuat bayi selamat, tetapi keselamatan hanya kehendak dari Tuhan dan ibu hanya bisa berusaha




Macam-Macam Pantagan Adat Secara Garis Besar di Indonesia Saat Prosesi Kehamilan
Upacara satu bulanan
Upacara ini sudah semakin jarang ditemukan, apalagi bagi yang tinggal di kota besar. Dalam upacara satu bulanan ini diperingati dengan membuat semacam bubur sum - sum. Bubur ini terbuat dari bahan beras dan di tepung. Selanjutnya dimasak dengan air . Sebagai pelengkap diberi kuah dua warna, yakni dari santan kelapa yang diberi sedikit garam dan satu lagi kuah warna merah yang terbuat dari  gula jawa atau gula aren. Hidangan ini sebagai pertanda awal kehamilan. Biasanya dibagikan kepada tetangga kiri kanan dengan permohonan doa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memulai kehamilan..
Dari pandangan kebidanan: Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal, terlebih bila ada keluhan mual muntah, makanan lunak dengan kandungan manis dari gula asli akan memberi asupan kalori dan mempermudah pencernaan terutama saat ibu hamil enggan menikmati berbagai macam jenis makanan beraroma tajam. Bubur dari bahan katul yang diproses secara tradisional sangat kaya akan vitamin B1 yang dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama dengan para tetangga juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang terlibat memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual.
Upacara dua bulanan
Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap - urap lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis sayuran yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang beda , yang pasti jumlahnya ganjil. Untuk pelengkap sajian juga disediakan semacam jenang katul atau bubur dari  katul beras, diatas jenang katul ini ditaburi dengan parutan kelapa dan parutan gula aren. Kemudian dibuatkan juga campuran dari bahan beras, santan dan gula merah yang dibungkus daun lalu dikukus. Lalu bubur  berikutnya adalah bubur merah putih yang terbuat dari bahan beras. Bubur warna merah terbuat dari beras yang ditanak dengan gula merah, sedangkan bubur warna putih terbuat dari beras yang ditanak dengan santan. Cara menghidangkan adalah bubur merah lebih dulu dituang di pring lalu diatasnya dituang sedikit bubur putih.
Dalam pandangan kebidanan: Tumpeng ini merupakan salah satu cara penyajian makan bersama yang menggugah selera dan sangat baik untuk membantu meningkatkan selera makan ibu hamil, tumpeng juga memberi sebuah perlambang adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga untuk bersama sama mengadakan doa syukuran bagi ibu hamil. Sedangkan sayur mayur segar terutama berwarna hijau sangat baik bagi ibu hamil trimester pertama karena dalam sayur mayur hijau terkandung asam folat alami yang berguna mencegah kecacatan pada janin. Keberadaan bubur beras yang manis sangat baik pula bagi ibu hamil yang menginginkan kudapan atau makanan selingan sebagai pembuka sebelum menyantap menu lain. Biasanya pada kehamilan awal asam lambung meningkat dan bubur tersebut menjadi hidangan pembuka yang baik.
Upacara tiga bulanan atau Madeking
Upacara tiga bulanan sudah agak sulit ditemukan di kota besar. Dalam upacara Madeking ini dihidangkan  aneka jenis makanan yang berupa ketupat lalu nasi gurih, kali ini nasi berwarna kuning dengan mencampur air kunyit saat menanak nasi dan di beri garam sedikit dan santan sebelum dikukus. Untuk lauk pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi, ada sambal goreng ati rempela, daging sapi dan sebagai kudapan dibuatkan  kue apem.
Dalam pandangan Kebidanan: Nasi gurih  dan ketupat sebagai hidangan ibu hamil adalah salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu hamil agar terpenuhi kebutuhan kalori. Kebutuhan protein sudah mulai  diberikan seiring  adanya peningkatan selera makan menjelang kehamilan  4 bulan. Dengan menghidangkan aneka macam daging dan cara pengolahannya. Protein sangat  dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan organ  tubuh bayi . Upacara Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan keselamatan bagi janin dalam Kandungan. Selamatan berupa  doa - doa sesuai agama masing - masing.
Kehamilan lima bulanan
Pada masa kehamilan ini dilakukan upacara selamatan dengan kudapan khasnya yakni ketan aneka warna dengan ditaburi enten - enten yang terbuat dari bahan kelapa parut di beri gula. Sebagai hidangan yang dibagikan untuk tetangga adalah urap - urap terbuat dari sayur mayur hijau. Hidangan urap urap ini lengkap dengan nasi dan diletakkan dalam takir atau daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk dengan jepit lidi. Hantaran hidangan ada yang  diberikan dengan alas tampah/ tambir kecil dari anyaman bambu atau bisa pula dengan cobek tanah liat. Pelengkapnya adalah rujak 7 jenis buah.Upacara lima bulanan sulit ditemukan saat ini.
Dalam Pandangan kebidanan : Upacara untuk kehamilan 5 bulanan ini merupakan dukungan psikologis dan spiritual yang baik bagi ibu  hamil. Dimana pada usia kehamilan 20 minggu janin sudah makin lincah bergerak, Jantung berdetak dengan baik, dan organ tubuh bayi terbentuk. Kebutuhan akan zat makanan bergisi dan kalori juga tetap mendapat perhatian istimewa. Kehadiran sanak keluarga yang mengunjungi ibu hamil saat upacara ini  membantu mengurangi kecemasan, kesempatan saling berbagi pengalaman melewati masa masa kehamilan tiga bulan pertama yang sangat rawan. Upacara ini merupakan ungkapan syukur atas terlaluinya trimester pertama kehamilan dan mohon keselamatan untuk proses kehamilan berikutnya.
Upacara enam bulanan
Dalam upacara ini dibuatkan kudapan khas yakni apem kocor terbuat dari tepung beras dan diberu kuah air gula aren. Untuk tradisi enam bulan ini juga jarang dilakukan. Namun demikian perlu kita tetap tahu.

Upacara 7 bulanan
biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni. Berikutnya adalah upacara 7 bulanan, upacara inilah yang masih sering kita jumpai di masyarakat kita. Hidangan khas yang paling dinantikan para tamu adalah rujak dan dawet atau cendol beras. Menurut tradisi bila rasa dawet dan rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saat upacara membelah kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam kandungan perempuan. Menarik sekali bukan. Hidangan pelengkap lain adalah polo pendem yakni umbi umbian dan bisa juga kacang tanah yang direbus, urap urap , nasi megono dan tumpeng 7 buah kecil kecil, bubur beras merah putih, yang putih di makan suami, yang merah dimakan istri, urap – urap sayuran hijau 7 jenis, pisang raja, ampyang dan bola ketan kukus diwarna merah,kuning,hijau ,putih dan coklat. Telur 7 butir. Kudapan berupa jajan pasar melengkapi hidangan.
Pandangan Kebidanan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu hamil agar tampak begitu mempesona dalam upacara siraman dan mandi bunga. Ibu hamil didandani dengan roncean bunga melati dan ganti jarik 7 kali. Sedangkan untuk hidangan makanan yang diadakan merupakan suatu sajian yang semakin komplit berbagai protein nabati dan hewani, berbagai sumber jenis zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil senantiasa selamat dan terjaga baik kondisi kesehatannya diiringi doa doa para sanak keluaraga dan tetangga.
Upacara delapan bulanan
Pada upacara ini, dihidangkan simbol bulus angrem ( kura kura sedang mengerami telur ). Uniknya hidangan terbuat dari klepon yakni adonan tepung ketan diwarnai pandan hijau dan diberi gula parut didalamnya. Setelah matang klepon disusun dalam piring lalu diartasnya di telungkupkan kue serabi.
Pandangan Kebidanan : Dalam penyajian kudapan ini memberi makna simbolik dan dukungan mental bagi ibu hamil dimana ia harus hati – hati menjaga kehamilan yang memasuki trimester ke tiga. Seperti perilaku positif seekor kura kura yang setia mengerami telur – telur bakal anak anaknya. Kehamilan merupakan anugerah sekaligus menuntut tanggungjawab seorang calon ibu agar menjaga janin dalam kandungannya.
Upacara 9 Bulanan
Dalam upacara ini diadakan doa untuk mohon keselamatan dan kelancaran persalinan, dimana hidangan yang dibuat dinamakan bubur procot. Bahan terbuat dari tepung beras, gula merah dan sanatan, ditanak,Setelah matang dituang dalam takir daun pisang lalu diberi pisang kupas yang utuh ditengahnya.
Dalam Pandangan kebidanan: Semua yang dilakukan dalam simbolik sajian ini ini erat kaitannya dengan dukungan mental bagi ibu yang akan bersalin. Menanamkan sugesti diri yang positif. Tak lupa disertai doa dari sanak keluarga dan para tetangga. Harapan bahwa menjelang proses persalinan tak kurang suatu apapun, ibu hamil melaluinya dengan tenang dan bahagia. Melahirkan dengan lancar tanpa penyulit.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenrnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar  bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Budaya tidak bisa dipisahkan dengan mitos. Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.
Di bawah ini adalah beberapa contoh mitos yang sering kita dengar, yaitu :
Mitos Selama Kehamilan
1.             Tidak boleh memotong atau menjahit baju.
Mitos: Tidak boleh memotong atau menjahit baju selama kehamilan atau anak akan lahir dengan bibir sumbing.
Fakta: Bibir sumbing biasanya karena pengaruh obat-obatan yang diminum ibu saat hamil, efek radiasi atau factor genetic. Oleh karenanya x-ray tidak dilakukan selama kehamilan kecuali atas indikasi tertentu.
2.             Minuman dari kacang kedeai (susu kacang) akan membuat kulit bayi bewarna putih.
Mitos: Minum susu kacang atau makanan dari kacang kedelai akan membuat bayi berkulit putih.
Fakta: warna kulit seseorang dipengaruhi oleh factor genetic ayah – ibunya, bukan dari susu kedelai.
3.             Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru lahir.
Mitos: Jangan makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lendir pada paru bayi dan resiko kuning saat bayi lahir.
Fakta: Jeruk adalah sumber vitamin C dan serat yang baik.
4.             Minum air es akan menyebabkan bayi besar.
Mitos: Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit lahir.
Fakta: Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai penyakit kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil yang memang dengan riwayat penyakit kencing manis. Jadi bukan minum es lalu menyebabkan bayi besar karena air es akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai keringat atau air seni.
5.             Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan atau berkulit lebih gelap.
Mitos: Makan makanan pedas saat hamil akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam.
Fakta: Sekali lagi warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas, tapi factor genetic dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan makanan pedas saat hamil, membuat rasa tak enak diperut apalagi bila anda sedang mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan pada kulit.
6.             Bentuk wajah menandakan jenis kelamin bayi.
Mitos: Bentuk wajah anda selama hamil menandakan jenis kelamin bayi anda.
Fakta: Setiap wanita akan mengalami kenaikan berat badan selama hakil, begitupun mereka akan mengalami perubahan kondisi kulit yang berbeda-beda, dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi anda.
7.             Dilarang membunuh binatang
Mitos: Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab dipercaya bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta:Tentu saja tidak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kekurangan gizi pada bayi maupun ibu, penyakit keturunan dan pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan berlebihan yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena faktor psikologis (misalnya shock, stress, pingsan). Tapi yang perlu diingat membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan.
8.             Dilarang makan buah dempet
Mitos: Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta:Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar siam tidak dipengaruhi oleh makan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Kembar siam disebabkan karena adanya pembelahan dua sel janin yang tidak sempurna.
9.             Dilarang mengkonsumsi nanas
Mitos: Dilarang makan nanas karena nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, getah nanas mudah mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya, demikian juga dengan nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
10.         Membawa gunting lipat kemana saja
 Mitos:   Membawa gunting kecil atau pisau atau benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin terhindar dari bahaya.
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si ibu.























BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Indonesia mempunyai beragam budaya dan adatserta kepercayaan yang masih kental termasuk dalam mengadakan proses kelahiran dari masyarakat Indonesia setempat. Ada adat istiadatyang baik dan adapula yang tidak baik dan tidak masuk akal. Sehingga perlunya masyarakat memilih dan memfiltrasi apa yang seharusnya boleh dilakukan dan apa yang sebaiknya ditinggalkan. Disini peran dari seorang bidan untuk meluruskan dan membenarkan atas adat kebudayaan daerah tersebut sangatlah penting.


3.2  SARAN
a.      Untuk bidan
Bidan harus mampu memberikan pengertian dan harus memiliki wawasa ilmu yang luas yang dapat digunakan untuk membenarkan ajaran adat istiadat yang dinggap salah, sehingga bisa mendapatkan solusinya dengan mudah.

b.      Untuk masyarakat
Masyarakat harus mau terbuka jalan pikirnya, tidak kolot dan menentang hal yang nyata. Walau itu merupakan sebuah adat tapi apabila membahayakan baik ibu atau anaknya dalam keadaan berbahaya.




DAFTAR  ISI